KAKAWIN MAHABHARATA
Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno
yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India.
Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa =
kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan
kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan
semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Versi-versi
Mahabharata
Di India ditemukan dua versi utama
Mahabharata dalam bahasa Sansekerta yang agak berbeda satu sama lain. Kedua
versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi
Selatan". Biasanya versi utara dianggap lebih dekat dengan versi yang
tertua.
Daftar
kitab
Mahābhārata merupakan kisah epik
yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan
kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa
dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta,
Sakuntala, Bharata)
sampai kisah diterimanya Pandawa
di surga.
Nama
kitab
|
Keterangan
|
Kitab Adiparwa berisi berbagai
cerita yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah pemutaran
Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya,
kisah para leluhur Pandawa dan Korawa,
kisah kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa
dan Korawa, kisah tewasnya rakshasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna
mendapatkan Dropadi.
|
|
Kitab Sabhaparwa berisi kisah
pertemuan Pandawa dan Korawa
di sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa
sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama
12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
|
|
Kitab Wanaparwa berisi kisah
Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut
juga diceritakan kisah Arjuna
yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut
menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
|
|
Kitab Wirataparwa berisi kisah
masa satu tahun penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna
sebagai guru tari, Nakula
sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.
|
|
Kitab Udyogaparwa berisi kisah
tentang persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna
yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan
Korawa. Pandawa dan Korawa
mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan
India Kuno
terbagi menjadi dua kelompok.
|
|
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab
awal yang menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci
antara Kresna dan Arjuna
menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga
diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh
Srikandi.
|
|
Kitab Dronaparwa menceritakan
kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa.
Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena
dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang
menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
|
|
Kitab Karnaparwa menceritakan
kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh
Duryodana setelah gugurnya Bhisma,
Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam
kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna,
kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna
dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
|
|
Kitab Salyaparwa berisi kisah
pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa
pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah
ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian
dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana
terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut,
Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
|
|
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah
pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia
bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh
banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke
pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna
dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali
perbuatannya dan menjadi pertapa.
|
|
Kitab Striparwa berisi kisah ratap
tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka
yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula
Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna
yang menjadi rahasia pribadinya.
|
|
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah
penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang
ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara,
kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia
dengan tenang.
|
|
Kitab Aswamedhikaparwa berisi
kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna
dengan para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti
Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
|
|
Kitab Asramawasikaparwa berisi
kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura,
dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk
meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada
Yudistira. Akhirnya Resi Narada
datang membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh
api sucinya sendiri.
|
|
Kitab Mosalaparwa menceritakan
kemusnahan bangsa Wresni.
Sri Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna
mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut
telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan
meninggalkan dunia fana.
|
|
Kitab Swargarohanaparwa
menceritakan kisah Yudistira yang mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra.
Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia
menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing
menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
|
Latar
belakang
Mahabharata merupakan kisah kilas
balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan upacara korban ular. Sesuai dengan
permohonan Janamejaya, kisah tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang
berada di garis keturunan Maharaja Yayati, Bharata,
dan Kuru,
yang tak lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama
Mahabharata. Mereka adalah Santanu,
Chitrāngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya.
Para
Raja India Kuno
Mahabharata banyak memunculkan nama
raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata,
Kuru, Parikesit (Parikshita), dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata, dan
Bharata adalah salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam
Mahabharata.
Kisah Sang Bharata
diawali dengan pertemuan Raja Duswanta
dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja
besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan
Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata,
raja legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan India Kuno. Setelah
ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon
meliputi Asia Selatan)[2]. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian
mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga
tersebut, lahirlah Sang Kuru,
yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra (terletak di negara bagian Haryana,
India Utara). Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi
ayah Prabu Santanu,
leluhur Pandawa dan Korawa.
Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti
Kuru) adalah Wangsa
Yadawa, karena
kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni Maharaja Yayati,
seorang kesatria dari Wangsa Chandra atau Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa.
Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa,
Raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian berputera Sang Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka. Sang Kresna dari Wangsa Yadawa bersaudara
sepupu dengan Pandawa
dan Korawa dari Wangsa Kaurawa.
Prabu
Santanu dan keturunannya
Prabu Santanu
adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga
meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang
Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal Dewi Gangga,
akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu
melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera
Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran,
kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat
di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa,
kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika,
melahirkan masing-masing seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari Ambika).
Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu menikahi Kunti
kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim,namun akibat kesalahan Pandu pada
saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang tersebut
mengeluarkan (Supata=Kutukan) bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan
suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang
tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang
pendeta. Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu
mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat
diberikan anak. Lalu Batara guru mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi
Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira Kemudian Batara Guru
mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah Harjuna, lalu
Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan
yang terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah
Nakula dan Sadewa - Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa.
Dretarastra yang buta menikahi Gandari,
dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan
istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara
bungsu bernama Widura. Widura memiliki seorang anak
bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar
mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Pandawa
dan Korawa
Pandawa
dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat
yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata.
Korawa (khususnya Duryodana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan
Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas
oleh sepupu mereka. Ayah para Korawa, yaitu Dretarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia
sering dihasut oleh iparnya yaitu Sangkuni,
beserta putera kesayangannya yaitu Duryodana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat
menyingkirkan para Pandawa.
Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa
untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan
oleh Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan
oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar
hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti
masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan rakshasa
Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi
adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi.
Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.
Setelah melewati hutan rimba, Pandawa
melewati Kerajaan Panchala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada
menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Dropadi.
Karna mengikuti sayembara tersebut,
tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu,
namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.
Arjuna mewakili para Pandawa untuk
memenangkan sayembara dan ia berhasil melakukannya. Setelah itu perkelahian
terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya
mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di
rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil
meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk
seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya
tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Tak pelak
lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa.
Permainan
dadu
Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain
yang dipakai Dropadi,
namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat
kekuatan gaib dari Sri Kresna.Agar tidak terjadi pertempuran
sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa
dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru
induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan
ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana
megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai,
sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi.
Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira secara perlahan namun pasti, Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan harta
dan kerajaan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut
dan bersedia datang ke Hastinapura dengan harapan dapat merebut harta dan istana milik
Duryodana. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni
yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Satu persatu kekayaan Yudistira
jatuh ke tangan Duryodana, termasuk saudara dan istrinya sendiri. Dalam
peristiwa tersebut, pakaian Dropadi
berusaha ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah
main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil berkat pertolongan gaib dari Sri
Kresna. Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana
dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan
menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang
dijadikan taruhan.
Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan
menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya.
Kali ini, siapa yang kalah harus menyerahkan kerajaan dan mengasingkan diri ke
hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun,
dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah.
Karena kekalahan tersebut, Pandawa
terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa
penyamaran selama setahun.
Setelah masa pengasingan habis dan
sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa
berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada
Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa
habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal.
Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
Pertempuran di Kurukshetra
Pandawa berusaha mencari sekutu dan
ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa
Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu
para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada,
Satyaki, Drestadyumna, Srikandi,
Wirata, dan lain-lain ikut memihak
Pandawa. Sementara itu Duryodana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Korawa
sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Korawa
dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama,
kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika,
Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi.
Pertempuran berlangsung selama 18
hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu,
Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni,
dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah
dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya
sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu,
Satyaki, Aswatama,
Krepa dan Kretawarma.
Penerus
Wangsa Kuru
Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan
tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa
dan Dropadi mendaki gunung Himalaya
sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai
surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan
memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki
putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan
keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
Silsilah
Silsilah
keturunan Maharaja Yayati
Silsilah
keluarga Bharata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Generasi
Paurawa |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Keluarga
Bharata |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Yasodari
|
|
Hasti
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Para
Raja
Hastinapura |
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Yamadi
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Dinasti
Kuru |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Sunanda
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||