Maafkan Aku Fina
Oleh : Rudy W
Sore ini hujan turun
deras, Wibi pun tetap didalam kamarnya karena sibuk dengan karya-karyanya dan
lirih terdengar lagu Rapuh dari grup band terkenal Padi yang keluar dari radio
kecil. Setelah beberapa menit berlalu tiba-tiba pintu kamar pun...
“Wibi ada telpon” teriak mama dari luar,
“Telpon dari siapa ma?” jawab Wibi dengan nada sedikit
teriak.
“Dari teman kamu cewek, dia tidak menyebut namanya”.
“Sebentar ma, aku akan keluar”.
Wibi pun beranjak dari kamarnya dan berlari menuju telpon
yang ada diujung ruang tamu.
“Halo?”
“Wibi masih ingat kan kau pada ku, dan bagaimana kabarmu?”
“Baik, ada apa Fin? Tumben telpon?”
“Wibi maafkan aku”, dan Fina pun menangis tersedu-sedu.
“Sudahlah Fin, aku udah tau tentangmu, ini sudah nasibmu Fin,
dulu Doni yang kau puji-puji sekarang meninggalkanmu, mungkin ini karena kamu
Fin, dulu kamu meninggalkanmu saat aku sangat mencintaimu dan kau memilih
Doni”.
“Aku
menyesal, kamu yang baik padaku”
“Sudah Fin,
lupakan semua masalah itu”
Beberapa
menit berlalu dua insan yang pernah saling cinta itu menceritakan semua yang
telah mereka lalui setelah mereka barpisah, dan akhirnya Wibi pun menutup
telponnya.
Dengan
langkah lemas Wibipun kembali menuju kamarnya, dipandangi foto-foto kenangan dengan
Fina.
“Fina
maafkan aku, aku yang kini bukanlah aku yang dulu yang selalu mencintaimu”
gerutu Wibi dalam hati.
Malam pun semakin larut, Wibi gelisah dengan hadirnya Fina
hingga tiada terasa jam dinding pun berdentang 12 kali dan malam gelap pun semakin
larut.
Keesokan
harinya...
Jalanan beraspal itu masih basah, maklum semalam hujan turun
deras. Wibi pun sudah keluar rumah seperti biasa jam 07.00 pagi. Wibi sudah
berjalan diatas aspal hitam itu dengan memakai jeans biru dipadu T-shirt putih
kesayangannya, sepatu putih menambah penampilannya semakin keren, langkahnya
pun santai menembus dinginnya pagi, tiba-tiba seorang gadis memanggilnya.
“Wibi
tunggu” Wibi pun menghentikan langkah kakinya.
“Suara itu tak asing lagi di telinganya” gerutu Wibi dalam
hati dan langkah kaki berlari mendekati Wibi pun semakin terasa dekat.
“Wibi, mau
kemana kamu pagi-pagi begini?” tanya Fina. Tak salah lagi dugaan Wibi bahwa
suara itu adalah suara Fina.
“Fina, aku
ada janji dengan seseorang”.
“Janji?
Janji dengan siapa?” Wibi pun terdiam dan tak kuasa berkata karena dia tahu
Fina masih menyayanginya, walaupun beberapa bulan lalu Fina memutuskan Wibi dan
memilih Doni sebagai penggantinya karena nyata-nyata lebih kaya dari dirinya.
“Menunggu
siapa Bi?” belum sempat Wibi menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
“Wibi...
menunggu disini?” Wibi pun terbelak kaget,
“Maaf Maya
tadi aku kesiangan” celetuk Wibi dengan nada terpatah-patah.
“Tidak
apa-apa kok, yang penting kita sekarang sudah bertemu”
“Maya,
perkenalkan ini temanku yang pernah kuceritakan dulu”
Maya pun mengulurkan tangannya seraya menyebut sebuah nama.
“Maya” suara
indah itu keluar dari bibirnya yang mungil.
“Fina”
jawaban dari mulut Fina dengan mata yang berkaca-kaca.
“Maaf Fin,
aku harus segera pergi” ucap Wibi pelan.
Wibi dan
Maya segera pergi dan Fina pun mencucurkan air mata meratapi seseorang yang
dicintai telah mempunyai kekasih baru.
“Wibi,
memang aku bersalah telah meninggalkanmu, tapi apakah seperti ini balasan semua
pemberian Wibi saat itu”
“Tabahkan
hatimu Fin” tiba-tiba suara itu terdengar ditelinga Fina.
“Rani, aku
tidak kuat melihat semua ini” Fina pun berkata dengan air mata dipipinya.
“Tapi kamu
harus merelakan semuanya”, tegas Rani.
“Tapi
Ran...” Fina segera memeluk sahabatnya itu dengan erat.
“Saat ini
kamu yang meraskan kekecewaan itu, kamu tidak ingat Fin, beberapa bulan yang
lau saat kamu memutuskan Wibi dan memilah Doni, betapa kecewanya Wibi waktu
itu, padahal aku pernah bilang kalau Doni itu brengsek tapi kamu malah
memusuhiku”
“Maafkan aku
Ran, kini aku sadar kematrelistisanku sebenarnya tidak menghadirkan kebahagiaan
padaku” akhirnya kedua sahabat itu pun menulusuri jalan di pagi hari yang
dingin itu.
“Wibi, Fina
sangat cantik dan sepertinya Fina masih menyayangimu” ucap Maya dengan sorot
mata yang penuh dengan kecemburuan.
“Sejak
hadirya kamu bayangan Fina sudah aku hapus dari dalam hatiku, dan kenapa kamu
tanyakan itu padaku? Kamu tau aku sangat menyayangi kamu” Maya pun terdiam...
“Aku takut
kehilanganmu Wibi” ucap maya lirih. Wibi pun segera memeluk Maya dengan erat.
“Aku pun
sama Maya, aku tak ingin kamu pergi dariku” dan kemudian kedua insan itu saling
bertatapan dengan mesra dan mereka berjanji untuk saling setia dalam suka dan
duka.